Ayam-ayam ini dari segi bentuk tubuh dan perilaku sangat serupa dengan ayam-ayam peliharaan, karena memang merupakan leluhur dari ayam peliharaan. Jantan dengan betina berbeda bentuk tubuh, warna dan ukurannya (dimorfisme seksual, sexual dimorphism). Ayam hutan jantan memiliki bulu yang berwarna-warni dan indah, berbeda dengan ayam betinanya yang cenderung berwarna monoton dan kusam.
Ragam jenis dan Penyebaran
Seluruhnya, ada empat spesies ayam hutan yang menyebar mulai dari India, Sri Lanka sampai ke Asia Tenggara termasuk Kepulauan Nusantara. Keempat spesies itu adalah:
1. Ayam Hutan Merah , Gallus gallus

Ayam-hutan merah hidup berkelompok, ayam jantan dengan beberapa ayam
betina. Di pagi dan sore hari, mereka keluar mencari makanan di atas
permukaan tanah. Pakan Ayam-hutan Merah terdiri dari aneka biji-bijian,
pucuk rumput dan dedaunan, serangga serta berbagai jenis hewan kecil.
Ayam betina biasanya menetaskan antara lima sampai enam butir telur
berwarna coklat muda pucat atau coklat kemerahan. Anak ayam dapat
terbang setelah berumur satu minggu.
Ayam-hutan merah diyakini sebagai leluhur dari ayam peliharaan. Sejak kapan ayam-hutan ini didomestikasi tidak jelas, namun mereka sudah diternakkan sejak peradaban Lembah Indus sekitar 5.000 tahun yang lalu.
Sebagai salah satu unggas yang paling banyak ditemui dan diternakkan,
ayam-hutan merah dievaluasikan sebagai beresiko rendah di dalam IUCN Red List.
2. Ayam Hutan Srilangka , Gallus Lafayetii

3. Ayam Hutan Kelabu . Gallus Sonneratii

Ayam hutan kelabu mempunyai kebiasaan serupa dengan Ayam hutan merah, yang juga dapat ditemui dan berhibridasi di India.
Ayam ini hidup berkelompok dan bersarang di atas pohon. Di pagi dan
sore hari, mereka keluar mencari makanan di atas permukaan tanah. Pakan
ayam hutan kelabu terdiri dari aneka biji-bijian, pucuk rumput dan
dedaunan, serangga serta berbagai jenis hewan kecil.
Nama ilmiah spesies ini memperingati seorang penjelajah berkebangsaan Perancis bernama Pierre Sonnerat.
Ayam-hutan Kelabu dievaluasikan sebagai beresiko rendah di dalam IUCN Red List.
4. Ayam Hutan Hijau , Gallus Varius

Jengger pada ayam jantan tidak bergerigi, melainkan membulat tepinya; merah, dengan warna kebiruan di tengahnya. Bulu-bulu pada leher, tengkuk dan mantel hijau berkilau dengan tepian (margin) kehitaman, nampak seperti sisik ikan.
Penutup pinggul berupa bulu-bulu panjang meruncing kuning keemasan
dengan tengah berwarna hitam. Sisi bawah tubuh hitam, dan ekor hitam
berkilau kehijauan. Ayam betina lebih kecil, kuning kecoklatan, dengan
garis-garis dan bintik hitam.
Iris merah, paruh abu-abu keputihan, dan kaki kekuningan atau agak kemerahan.
Ayam yang menyukai daerah terbuka dan berpadang rumput, tepi hutan dan daerah dengan bukit-bukit rendah dekat pantai. Ayam-hutan Hijau diketahui menyebar terbatas di Jawa dan kepulauan Nusa Tenggara termasuk Bali. Di Jawa Barat tercatat hidup hingga ketinggian 1.500 m dpl, di Jawa Timur hingga 3.000 m dpl dan di Lombok hingga 2.400 m dpl.
Ayam ini kerap terlihat dalam kelompok, 2 – 7 ekor atau lebih, mencari makanan di rerumputan di dekat kumpulan ungulata besar seperti kerbau, sapi atau banteng.
Selain memburu serangga yang terusik oleh hewan-hewan besar itu,
Ayam-hutan Hijau diketahui senang membongkar dan mengais-ngais kotoran herbivora tersebut untuk mencari biji-bijian yang belum tercerna, atau serangga yang memakan kotoran itu.
Pada malam hari, kelompok ayam hutan ini tidur tak berjauhan di rumpun bambu, perdu-perduan, atau daun-daun palem hutan pada ketinggian 1,5 – 4 m di atas tanah.
Ayam hutan hijau berbiak antara bulan Oktober-Nopember di Jawa Barat
dan sekitar Maret-Juli di Jawa Timur. Sarang dibuat secara sederhana di
atas tanah berlapis rumput, dalam lindungan semak atau rumput tinggi.
Telur 3-4 butir berwarna keputih-putihan.
Tak seperti keturunannya ayam kampung, Ayam-hutan Hijau pandai
terbang. Anak ayam hutan ini telah mampu terbang menghindari bahaya
dalam beberapa minggu saja. Ayam yang dewasa mampu terbang seketika dan
vertikal ke cabang pohon di dekatnya pada ketinggian 7 m atau lebih.
Terbang mendatar, Ayam-hutan Hijau mampu terbang lurus hingga beberapa
ratus meter; bahkan diyakini mampu terbang dari pulau ke pulau yang
berdekatan melintasi laut.
Pagi dan petang hari, ayam jantan berkokok dengan suaranya yang khas, nyaring sengau. Mula-mula bersuara cek-kreh.. berturut-turut beberapa kali seperti suara bersin, diikuti dengan bunyi cek-ki kreh..
10 – 15 kali, dengan jeda waktu beberapa sampai belasan detik, semakin
lama semakin panjang jedanya. Kokok ini biasanya segera diikuti atau
disambut oleh satu atau beberapa jantan yang tinggal berdekatan. Ayam
betina berkotek mirip ayam kampung, dengan suara yang lebih
kecil-nyaring, di pagi hari ketika akan keluar tempat tidurnya.
Ayam hutan hijau adalah kerabat dekat leluhur ayam peliharaan, ayam hutan merah (Gallus gallus). Ayam hutan merah yang menyebar luas mulai dari Himalaya, Tiongkok selatan, Asia Tenggara, hingga ke Sumatra dan Jawa. Pada pihak lain, ayam-hutan hijau tersebar di Jawa, Bali dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya.
Ayam hutan dari Jawa Timur dikenal sebagai sumber tetua untuk menghasilkan ayam bekisar.
Bekisar adalah persilangan antara ayam hutan hijau dengan ayam kampung.
Bekisar dikembangkan orang untuk menghasilkan ayam hias yang indah
bulunya, dan terutama untuk mendapatkan ayam dengan kokok yang khas.
Karena suaranya, ayam bekisar dapat mencapai harga yang sangat mahal.
Bekisar juga menjadi lambang fauna daerah Jawa Timur
Dua jenisnya terdapat di Indonesia,
menyebar alami terutama di bagian barat kepulauan. Kedua jenis itu
ialah ayam-hutan merah, yang menyukai bagian hutan yang relatif
tertutup; dan ayam-hutan hijau, yang lebih menyenangi hutan-hutan
terbuka dan wilayah berbukit-bukit.
Ayam hutan merah adalah moyang dari ayam peliharaan, sedangkan keturunan F1 dari persilangan antara ayam hutan merah dan ayam hutan hijau menghasilkan ayam bekisar.
Kebiasaan
Ayam hutan adalah pemakan segala, meskipun cenderung sebagai pemakan biji-bijian. Namun sebagaimana ayam umumnya, ayam hutan juga memakan pucuk-pucuk rumput, serangga dan berbagai hewan kecil yang ditemuinya.Burung ini biasanya hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil. Tidur di atas ranting perdu atau semak, tidak terlalu jauh dari atas tanah. Pada musim bertelur, betina membuat sarang sederhana di atas tanah dan mengerami telurnya hingga menetas. Anak-anak ayam hutan diasuh oleh induk betinanya.
Tidak seperti ayam peliharaan, ayam hutan pandai terbang; tidak lama setelah meninggalkan sarang tempatnya menetas.
Domestikasi
Ayam hutan merupakan salah satu jenis unggas yang telah didomestikasi manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Ayam-hutan merah diketahui sebagai nenek-moyang langsung dari aneka jenis ayam peliharaan. Sedangkan persilangan ayam-hutan hijau dengan ayam peliharaan menghasilkan ayam bekisar, yang sangat terkenal di Jawa Timur karena suara kokoknya yang merdu dan bulunya yang indah.Ayam hutan dalam Dongeng
Beberapa cerita rakyat tradisional menampilkan ayam hutan sebagai salah satu tokohnya. Dongeng rakyat seperti Ciung Wanara dari daerah Sunda, atau versi Jawanya yang berjudul Panji Laras alias Cinde Laras, menceritakan tokoh utama yang memiliki ayam jantan atau ayam hutan jantan yang pandai bertarung dan berkokok.Dan kokoknya itu bukan kokok biasa, melainkan berisi cerita perihal nasib tuannya itu. Sebagai teladan, kokok ayam jantan Ciung Wanara berbunyi:
-
- Blak ! Blak ! kukuruyuuuuk
- “Ayah raja bundapun ratu !
- Lama kandungan satu tahun !
- Paraji ibunda ratu !
- Meski manis namun madu !”
-
- Dengan malam mata ditutup !
- Dengan malam kuping ditutup !
- Kedua tangan dibelenggu !
- Waktu lahir dalam kandaga hanyut !
- Bersama sebutir telur ... !
sumber : wikipedia.org